Label

Selasa, 12 Januari 2016

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI (isd)

MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR (ISD)
“INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI”













DISUSUN OLEH
NAMA            : MARISA VIASTA
NPM / KELAS: 14315039 / 1TA02
FAKULTAS   : TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN     : TEKNIK SIPIL
DOSEN          : HELNAWATY
KATA PENGANTAR


            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ”Kebakaran Hutan di Indonesia” dapat tersusun hingga selesai. Berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita dan kepedulian kita terhadap lingkungan. Semoga kedepannya makalah ini bisa menjadi lebih baik dari sekarang.
           
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




                                                                                                            Depok, November 2015
                                                                                                            Marisa Viasta






















DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang…...………………………………………………………...................... 1
1.2    Rumusan Masalah..………….…………………………………………….................... 2
1.3    Tujuan……………..………….…………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Infrastruktur …...…….……………………………………………………… 3
2.2  Kategori Infrastruktur dan Fasilitas Fisik……..…………………………......................4
2.3   Jenis Infrastruktur..………………………………………………………………………..5
2.4   Infrastruktur keras (Transportasi)…………………………………………………….....5
2.5   Jalan Raya…………………………...………………………………………..................6
2.6   Jalan Tol……………………. …………………………………………………............... 9
2.7   Jalan Sepeda……………….……………………………………………………...........12
2.8   Jembatan…………………..……………………………………………………….........12
2.9   Terowongan………………………………………………………………………...........13
2.10 Bandar Udara dan Landasan Pacu……...…………………………………………… 14
2.11 Pelabuhan……………………………………………………………………………....  19
2.12 Stasiun dan Rel Kereta Api…………..…………………………………………………20
2.13 Alat Transportasi…………………………………………………………………………23
2.14 Masalah infrastruktur…………………………………………………………………….26
2.15 Manfaat Infrastruktur…………………………………………………………………….28

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan……………………………….…………………………………………….…30
3.2 Saran........................................................................................................................30

3.3 Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….31

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Infrastruktur Transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara merupakan sarana yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah sehingga sering disebut sebagai urat nadi perekonomian disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor perekonomian, infrastruktur transportasi berperan sebagai perangsang tumbuhnya sektor-sektor perekonomian baru dan berkembangnya sektor-sektor perekonomian yang sudah ada. Sebagai perangsang, infrastruktur transportasi dapat difungsikan secara aktif untuk menggerakkan perekonomian daerah yang didahului dengan pembangunan infrastruktur transportasi. Dengan adanya infrastruktur transportasi, kegiatan-kegiatan sektor ekonomi lainnya akan tumbuh dan berkembang (trade follows the ship). Pembangunan infrastruktur transportasi dengan tujuan seperti ini, dilakukan dalam rangka pembangunan wilayah atau daerah-daerah terpencil, dimana kegiatan ekonomi dan perdagangan belum berjalan dengan baik. Dalam konteks pembangunan infrastruktur jalan, kebijakan diarahkan pada pembangunan jalan baru atau pembuatan jalan interkoneksi. Pada wilayah atau daerah-daerah dimana kegitan-kegiatan sektor perekonomian sudah berjalan, infrastruktur transportasi berfungsi sebagai roda Universitas Sumatera Utara penggerak perekonomian (ship follows the trade). Pembangunan infrastruktur transportasi di daerah ini diarahkan untuk menambah kapasitas transportasi dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor ekonomi. Dalam konteks pembangunan infrastruktur jalan, kebijakan lebih difokuskan pada pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan jalan yang sudah ada, dengan tetap mengupayakan pembangunan jalan baru.





1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Pengertian Infrastrukur
1.2.2        Kategori Infrastruktur dan Fasilitas Fisik
1.2.3        Jenis Infrastruktur
1.2.4        Infrastruktur Keras (Infrastruktur Transportasi)
1.2.5        Jalan Raya
1.2.6        Jalan Tol
1.2.7        Jalur Sepeda
1.2.8        Jembatan
1.2.9        Terowongan
1.2.10      Bandar Udara dan Landasan Pacu
1.2.11      Pelabuhan
1.2.12      Stasiun kereta dan Rel Kereta Api
1.2.13      Alat Transportasi
1.2.14      Masalah infrastruktur
1.2.15      Manfaat Infrastruktur
1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui pengertian Infrastruktur
1.3.2        Mengetahui Jenis dan kategori infrastruktur
1.3.3        Mengetahui cara menjaga dan mengenal infrasturktur tersebut
1.3.4        Mengetahui macam macam alat transportasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Infrastruktur
Infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan  agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, pelabuhan secara fungsional, infrastruktur selain fasilitasi akan tetapi dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk distribusi ke pasar hingga sampai kepada masyarakat. dalam beberapa pengertian, istilah infrastruktur termasuk pula infrastruktur sosial kebutuhan dasar seperti antara lain termasuk sekolah dan rumah sakit. bila dalam militer, istilah ini dapat pula merujuk kepada bangunan permanen dan instalasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemindahan tersebut.
Infrastruktur dalam pengertian lain
Dalam kegunaan dalam aplikasi lain, infrastruktur dapat merujuk pada teknologi informasi, saluran komunikasi formal dan informal serta alat-alat pengembangan perangkat lunak, jaringan sosial politik atau kepercayaan pada kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Dalam konseptual gagasan bahwa struktur pengorganisasian merupakan penyediaan infrastruktur dan dukungan untuk sistem atau bagi layanan organisasi seperti dalam sebuah kota, negara, perusahaan, atau kumpulan orang dengan kepentingan umum. Infrastruktur dapat pula mengacu pada sebuah konsep yang dikembangkan oleh Karl Marx berartikulasi dengan suprastruktur
Infrastruktur sama saja dengan prasarana, yaitu segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.


2.2  Kategori Infrastruktur dan Fasilitas fisik Infrastruktur
Enam kategori besar infrastruktur (Grigg):
1.         Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan);
2.         Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara);
3.         Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air);
4.         Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat);
5.         Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar;
6.         Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas);
Fasilitas fisik Infrastruktur (Grigg):
  1. Sistem penyediaan air bersih, termasuk dam, reservoir, transmisi, treatment, dan fasilitas distribusi;
  2. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, treatment, pembuangan, dan sistem pemakaian kembali;
  3. Fasilitas manajemen limbah padat;
  4. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, jalan rel dan bandar udara. Termasuk didalamnya adalah lampu, sinyal, dan fasilitas kontrol;
  5. Sistem transit publik;
  6. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusi;
  7. Fasilitas pengolahan gas alam;
  8. Fasilitas pengaturan banjir, drainase, dan irigasi;
  9. Fasilitas navigasi dan lalu lintas/jalan air;
  10. Bangunan publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor polisi, fasilitas pemadam kebakaran;
  11. Fasilitas perumahan;
  12. Taman, tempat bermain, dan fasilitas rekreasi, termasuk stadion.




2.3  Jenis Infrastruktur
Infrastruktur keras ( physical hard infrastructure)
meliputi jalan raya dan kereta api , bandara, dermaga , pelabuhan dan saluran irigasi.
Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
yang berkaitan denga fungsi utilitas umum seperti ketersediaan air bersih berikut instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur; pasokan listrik, jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi mulai dari minyak bumi , biodesel dan gas berikut pipa distribusinya.
Infrastruktur lunak (soft infrastructure)
Biasa pula disebut kerangka institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi peraturan hukum dan perundang-undangan) .serta kualitas pelayanan umum yang disediakan 9leh berbagai pihak terkait, khususnya pemerintah .
Infrastruktur "keras" vs infrastruktur "lunak"
Infrastruktur "keras" merujuk kepada jaringan fisik yang berukuran relatif besar dan fungsional, sedangkan infrastruktur "lunak" adalah institusi atau lembaga yang berperan dalam menjalankan fungsi ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial, dan budaya di dalam sebuah negara (misal sistem edukasi, sistem ekonomi).

2.4  Infrastruktur Keras (Transportasi)
Infrastruktur transportasi
2.5  Jalan Raya
Jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:
•           Digunakan untuk kendaraan bermotor
•           Digunakan oleh masyarakat umum
•           Dibiayai oleh perusahaan negara
•           Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan

Pembangunan jalan raya
Pada dasarnya pembangunan jalan raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi pelbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowong, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan). Berbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini. Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan. Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen. Pengaliran air merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam pembangunan jalan raya. Air yang berkumpul di permukaan jalan raya setelah hujan tidak hanya membahayakan pengguna jalan raya, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan raya. Karena itu permukaan jalan raya sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya mempunyai landaian yang berarah ke selokan di pinggir jalan. Dengan demikian, air hujan akan mengalir kembali ke selokan. Setelah itu retroflektor dipasang di tempat-tempat yang berbahaya seperti belokan yang tajam. Di permukaan jalan mungkin juga akan diletakkan "mata kucing", yakni sejenis benda bersinar seperti batu yang "ditanamkan" di permukaan jalan raya. Fungsinya adalah untuk menandakan batas lintasan.
Sejarah Pembangunan Jalan Raya
Jalan raya sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan terlebih-lebih setelah menemukan kendaraan beroda diantaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan jalan raya tersebut. Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM. Jalan tersebut masih berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan kendaraan beroda padaknya diduga antara masa itu. Letaknya diduga antara Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.
Jalan raya Mesopotamia-Mesir
Seiring perkembangan peradaban di Timur tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan raya yang menghubungkan Mesopotamia-Mesir. Selain untuk perdagangan, jalan tersebut berguna untuk kebudayaan bahkan untuk peperangan. Jalan utama pertama di kawasan itu, disebut-sebut adalah Jalan Bangsawan Persia yang terentang dariTeluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2857 km. Jalan ini bertahan dari tahun 3500-300 SM.
Jalan raya di Eropa dan China
Di Eropa, jalan tertua disebut-sebut adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani dan Tuscany hingga Laut Baltik.
Di Asia timur, bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya yang bila digabung mencapai 3200 km.
Jalan Romawi
"Banyak jalan menuju Roma" begitulah istilah yang umum dikenal mengenai jalan-jalan Romawi. Istilah tersebut tidaklah keliru karena bangsa Romawi banyak membangun jalan. Di puncak kejayaannya , bangsa Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang dari Inggris hingga Afrika Utara, dari pantai Samudera Atlantik diSemenanjung Iberia hingga Teluk Persia. Keberadaan jalan tersebut diabadikan dalam peta yang dikenal sebagai Peta Peutinger.
Pembangunan Jalan Daendels di Pantura Pulau Jawa
Herman Willem Daendels adalah seorang Gubernur-Jendral Hindia-Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Pada masa itu Belanda sedang dikuasai olehPerancis. Pada masa jabatannya ia membangun jalan raya pada tahun 1808 dari Anyer hingga Panarukan. Sebagian dari jalan ini sekarang menjadi Jalur Pantura (Pantai Utara) yang membentang sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Pembangunan jalan ini adalah proyek monumental namun dibayar dengan banyak pelanggaran hak-hak asasi manusia karena dikerjakan secara paksa tanpa imbalan pantas. Manfaat yang diperoleh dari jalan ini adalah sebagai jalan pertahanan militer. Selain itu dari segi ekonomi guna menunjang tanam paksa (cultuur stelsel) hasil produk kopi dari pedalaman Priangan semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan Indramayu padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopiSumedang, Limbangan, Cisarua, dan Sukabumi. Selain itu, dengan adanya jalan ini perjalanan darat Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari bisa dipersingkat menjadi tujuh hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam dinas pos.
Sejarah Konstruksi Membangun Jalan
Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya. Di Eropa Utara yang repot dengan tanah basah yang berupa "bubur", dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu dipasang diatas ranting, lalu diatasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui rintangan tersebut.
Di kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tidak meluncur turun. Sedangkan masyarakat di Lembah Sungai Indus, sudah membangun jalan dari bata yang disemen dengan bituna (bahan aspal) agar tetap kering. Dapat dikatakan, pemakaian bahan aspal sudah dikenal sejak milenium ke 3 sebelum masehi dikawasan ini, terbukti di Mahenjo Daro, Pakistan, terdapat penampung air berbahan batu bata bertambalkan aspal.
Konstruksi jalan Bangsa Romawi berciri khas lurus dengan empat lapisan. Lapisan pertama berupa hamparan pasir atau adukan semen, lapisan berikutnya berupa batu besar datar yang kemudian disusul lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava yang mirip batu api. Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Rancangan Jalan Romawi tersebut termasuk mutakhir sebelum muncul teknologi jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya jalan itu rusak ketika Romawi mulai runtuh.
Seorang skotlandia bernama Thomas Telford (1757 - 1834) membuat rancangan jalan raya, di mana batu besar pipih diletakan menghadap ke atas atau berdiri dan sekarang dikenal dengan pondasi jalan Telford. Konstruksi ini sangat kuat terutama sebagai pondasi jalan, dan sangat padat karya karena harus disusun dengan tangan satu per satu. Banyak jalan yang bermutu baik dengan konstruksi Telford, tetapi tidak praktis memakan waktu.
Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang di Indonesia dikenal dengan jalan Makadam itu lahir berkat semangat membuat banyak jalan dengan biaya murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Jalan Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun satu per satu dan saling mengunci sebagai satu kesatuan.
Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun jalan aspal namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu dapat disaksikan di Champ-Elysess, Paris, Perancis. Jalan aspal yang bersipat lebih plastis atau dapat kembang susut yang baik terhadap perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang lebih tahan air.
Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Sekarang banyak jalan tol dengan konstruksi beton (tebal minimum 29 cm) dan tahan hingga lebih dari 50 tahun serta sangat kuat sekali memikul beban.
Jalan Aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di Columbia University, New York. Pada tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal dengan kepadatan maksimum. Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan Pennsylvania Avenue, Washington D.C pada tahun 1877.
Pada saat ini sedikitnya 90 % jalan utama di perkotaan selalu menggunakan bahan aspal.

2.6  Jalan Tol
Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan yang dikhususkan untuk kendaraan bersumbu lebih dari dua (mobil, bus, truk) dan bertujuan untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk menikmatinya, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan. Bangunan atau fasilitas di mana tol dikumpulkan dapat disebut pintu tol, rumah tol, plaza tol atau di Indonesia lebih dikenal sebagai gerbang tol. Bangunan ini biasanya ditemukan di dekat pintu keluar, di awal atau akhir jembatan (misal: Jembatan Suramadu), dan ketika Anda memasuki suatu jalan layang.
Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan freeway atauexpressway (free berarti "gratis", dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollwayatau tollroad (kata toll berarti "biaya").
Sejarah tol membentang kembali ke mitologi Yunani di mana para penambang dibebankan Charon tol untuk membawa yang mati di sungai Acheron dan Styx ke Hades. Jika jiwa membayar tol, Charon diangkut ke seberang sungai. Jika tidak, itu mengembara antara kematian dan kehidupan untuk selamanya.
Banyak jalan-jalan Eropa modern pada awalnya dibangun sebagai jalan tol untuk menutup biaya konstruksi. Di Inggris abad ke-14, beberapa jalan yang paling banyak digunakan diperbaiki dengan uang dibangkitkan dari tol berdasarkan hibah pavage. Turnpike trustdidirikan di Inggris dari 1706 dan seterusnya, dan akhirnya bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan jalan utama yang paling di Inggris dan Wales, sampai mereka secara bertahap dihapuskan dari 1870-an. Kebanyakan mempercayai jalan yang ada ditingkatkan, tetapi beberapa yang baru, biasanya tidak terlalu panjang, juga dibangun. Jalan Thomas Telford Holyhead (sekarang A5 road) sebagai jalan baru sangat panjang, dibangun pada awal abad 19 dengan banyak gerbang tol sepanjang jalam tersebut.
Beberapa kota di Kanada memiliki jalan tol pada abad ke-19. Jalan memancar dari Toronto yang dibutuhkan pengguna untuk membayar di gerbang tol di sepanjang jalan (Yonge Street, Bloor Street, Davenport Road, Kingston Road)[1] dan menghilang setelah 1895.
Abad ke-19, jalan papan biasanya dioperasikan sebagai jalan tol. Salah satu dari jalan motor pertama AS, Long Island Motor Parkway (yang dibuka pada tanggal 10 Oktober 1908) dibangun oleh William Kissam Vanderbilt II, cucu buyut dari Cornelius Vanderbilt. Jalan itu ditutup pada tahun 1938 ketika diambil alih oleh negara bagian New York sebagai pengganti pajak kembali.[3][4]
Pada abad ke-20, tol jalan telah diperkenalkan di Eropa untuk membiayai pembangunan jaringan jalan tol dan infrastruktur jalan tertentu seperti jembatan dan terowongan. Italiatelah menjadi negara Eropa pertama yang menerapkan penggunaan tol jalan bebas hambatan pada bagian jalan raya km 50 dekat Milan pada tahun 1924. Hal ini diikuti olehYunani, yang membuat pengguna untuk membayar untuk jaringan jalan raya di sekitar dan antara kota-kotanya pada tahun 1927. Kemudian pada 1950-an dan 1960-an, juga Perancis, Spanyol dan Portugal mulai membangun jalan raya sebagian besar dengan bantuan konsesi, memungkinkan perkembangan pesat infrastruktur ini tanpa utang Negara besar. Sejak itu, jalan tol telah diperkenalkan di kebanyakan negara anggota Uni Eropa.


Jalan Tol Terbuka
Pada sistem tol terbuka, semua kendaraan berhenti di berbagai lokasi di sepanjang jalan raya untuk membayar tol. Meskipun hal ini dapat menghemat uang dari kurangnya kebutuhan untuk membangun gerbang tol di setiap jalan keluar, hal ini dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas sementara lalu lintas antrian di plaza tol garis-utama (hambatan tol). Hal ini juga memungkinkan pengendara untuk memasuki 'jalan tol terbuka' setelah gerbang tol dan keluar sebelum gerbang tol yang berikutnya, sehingga pengendara dapat menggunakan jalan tol, walaupun tidak membayar.
Jalan Tol Tertutup
Di sistem tertutup ini, kendaraan mengambil tiket saat akan memasuki jalan tersebut. Saat akan keluar, pengemudi harus membayar jumlah yang tercantum untuk keluar. Jika tiket hilang, pengendara biasanya harus membayar jumlah maksimum yang mungkin untuk perjalanan di jalan raya itu. Jalan tol yang pendek dengan tidak adanya pintu masuk/keluar di tengahnya mungkin hanya memiliki satu plaza tol di satu sisi, dengan pengendara perjalanan di kedua arah membayar biaya rata baik ketika mereka memasuki atau ketika mereka keluar dari jalan tol. Dalam sebuah variasi dari sistem tol tertutup, hambatan arus utama yang hadir pada kedua ujung jalan tol, dan pertukaran masing-masing memiliki jalan tol yang dibayarkan pada saat keluar atau masuk. Selain itu, dengan kebanyakan sistem, pengendara hanya dapat membayar tol dengan uang tunai dan/atau perubahan; debit dan kartu kredit tidak diterima. Namun, beberapa jalan tol mungkin memiliki plaza perjalanan dengan ATM sehingga pengendara dapat menghentikan dan menarik uang tunai untuk tol.Tol dihitung dengan jarak yang ditempuh pada jalan tol. Di Amerika Serikat. Di Indonesia, sistem ini merupakan yang paling sering dipergunakan sebagai sistem pembayaran tol.

Jalan Tol Elektronik
Dalam sistem ini, tidak ada pengumpulan uang tunai terjadi, tol biasanya dikumpulkan dengan menggunakan transponder yang dipasang pada kaca depan setiap kendaraan, yang terkait dengan rekening nasabah yang didebit untuk setiap penggunaan jalan tol. Pada beberapa jalan, seperti Jalan Raya 407 dekat Toronto, Ontario, mobil dan truk ringan tanpa transponder diizinkan untuk menggunakan jalan (meskipun truk dengan berat kotor kendaraan lebih dari 5.000 kilogram harus memiliki transponder)[6] - Tagihan untuk tol karena kemudian dikirim ke pemilik terdaftar dari kendaraan melalui surat; Sebaliknya, Fort Bend Westpark Tollway dekat Houston, Texas, mengharuskan semua kendaraan yang akan dilengkapi dengan transponder.
2.7 Jalur Sepeda
Jalur sepeda adalah jalur yang khusus diperuntukkan untuk lalu lintas untuk pengguna sepeda dan kendaraan yang tidak bermesin yang memerlukan tenaga manusia, dipisah dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas pengguna sepeda. Penggunaan sepeda memang perlu diberi fasilitas untuk meningkatkan keselamatan para pengguna sepeda dan bisa meningkatkan kecepatan berlalu lintas bagi para pengguna sepeda. Di samping itu penggunaan sepeda perlu didorong karena hemat energi dan tidak mengeluarkan polusi udara yang signifikan.
Jalur sepeda di Indonesia
Beberapa kota sudah memiliki jalur sepeda, salah satunya adalah Lippo Karawaci, Lippo Cikarang, Sentul City dan Jababeka yang memiliki jalur sepeda yang cukup baik. Namun di daerah perkotaan seringkali terdapat angkot yang berhenti menghalangi jalur sepeda sehingga pengemudi sepeda terpaksa menggunakan trotoar atau jalan umum yang berbahaya.Seringkali juga terlihat para pengemudi motor menggunakan jalur sepeda yang seharusnya tidak boleh.Tukang ojek pun sering memparkir motornya di jalur sepeda.Hingga kini fasilitas mengendara sepeda belum sempurna di Indonesia.
Aspek keselamatan jalur sepeda
Aspek keselamatan yang paling rawan untuk jalur sepeda adalah :
•           Dipersimpangan karena di sini terjadi konflik dengan jalur kendaraan bermotor
•           Pada ruas terutama pada akses jalan ke bangunan atau tempat parkir.

2.8 Jembatan
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta apiataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut. Jembatan pertama yang dibuat dengan titian kayu untuk menyeberangi sungai. Ada juga orang yang menggunakan dua utas tali atau rotan, yang diikat pada bebatuan di tepi sungai. Seterusnya, batu digunakan, tetapi cuma sebagai rangka. Jembatan gerbang berbentuk melengkung yang pertama dibuat semasa zaman Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan saluran air orang Roma yang kenal hingga hari ini. Orang-orang Roma juga mempunyai pengetahuan, yang mengurangkan perbedaan kekuatan batu2 yang berbeda. Jembatan bata dan mortar dibuat pada zaman kaisar Romawi, karena sesudah zaman tersebut, teknologi pengetahuan telah hilang. Pada Zaman Pertengahan, tiang-tiang jembatan batu biasanya lebih besar sehingga menyebabkan kesulitan kepada kapal-kapal yang lalu-lalang di sungai tersebut.
Pada abad ke-18, mulai banyak pembaruan dalam pembuatan jembatan kayu oleh Hans Ulrich, Johannes Grubenmann dan lain-lain. Dengan kedatangan Revolusi Industri pada abad ke-19, sistem rangka (truss system) menggunakan besi untuk memajukan untuk pembuatan jembatan yang lebih besar, tetapi besi tidak mempunyai kekuatan ketegangan (tensile strength) yang cukup untuk beban yang besar. Apabila mempunyai kekuatan ketegangan yang tinggi, jembatan yang lebih besar akan dibuat, kebanyakannya menggunakan idea Gustave Eiffel, yang pertama kali dipertunjukkan di Menara Eiffel diParis, Perancis. Yang sesuai digunakan untuk pembuatan jembatan yang panjang karena ia mempunyai kekuatan-kepada-berat yang tinggi, tetapi konkrit pula mempunyai kos penjagaan yang lebih murah. Jadi, selalunya "konkrit diperkuat" (reinforced concrete) digunakan - kekuatan ketegangan konkrit yang lemah diisi oleh kabel tembaga yang ditanam di dalam konkrit itu.

2.9  Terowongan
Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau gunung. Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0,1 mil, dan yang lebih pendek dari itu lebih pantas disebut underpass.
Terowongan biasa digunakan untuk lalu lintas kendaraan (umumnya mobil atau kereta api) maupun para pejalan kaki atau pengendarasepeda. Selain itu, ada pula terowongan yang berfungsi mengalirkan air untuk mengurangi banjir atau untuk dikonsumsi, terowongan untuk saluran pembuangan, pembangkit listrik, dan terowongan yang menyalurkan kabel telekomunikasi. Ada juga terowongan yang berfungsi sebagai jalan bagi hewan, umumnya hewan langka, yang habitatnya dilintasi jalan raya. Beberapa terowongan rahasia juga telah dibuat sebagai metode bagi jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat yang aman atau berbahaya, seperti terowongan di Jalur Gaza, danTerowongan Cu Chi di Vietnam yang dibangun dan dipergunakan ketika perang Vietnam. Di Inggris, terowongan bawah tanah untuk pejalan kaki atau transportasi umumnya disebut subway. Istilah ini digunakan pada masa lalu, dan saat ini lebih populer disebut Underground Rapid Transit System.
Konstruksi
Terowongan dibuat melalui berbagai jenis dan lapisan tanah dan bebatuan sehingga metode konstruksi tergantung dari keadaantanah.
Metode potong-tutup
Ini adalah metode yang paling simpel untuk terowongan dangkal di mana area di atas lokasi yang akan dijadikan terowongan harus digali dan terowongan dibangun dengan atap di atasnya. Setelah itu, area ditutup agar terlihat seperti sebelum digali.
Konstruksi umumnya bertingkat dua, yang memungkinkan adanya pengelolaan secara ekonomi dan keamanan seperti loket tiket, stasiun, akses penumpang dan jalan keluar darurat, ventilasi, saluran asap, ruang staf, dan ruang perlengkapan.
Mesin bor
Mesin bor memungkinkan terowongan dibuat tanpa harus menggali area di atas lokasi yang akan di jadikan terowongan. Mesin bor melubangi tanah sepanjang lokasi terowongan.
Mesin bor bisa dioperasikan secara otomatis selama proses konstruksi terowongan, dan dapat menembus hampir seluruh jenis bebatuan. Mesin bor yang pertama kali digunakan adalah mesin yang membangunTerowongan rel Fréjus antara Perancis dan Italia melalui Pegunungan Alpen tahun 1845

2.10    Bandar Udara dan Landasan Pacu
Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.[butuh rujukan]
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat"
Awal mula
Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.[butuh rujukan]
Pada masa Perang Dunia I, bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbangdan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang berakhir, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas-fasilitaskomersial untuk melayani penumpang.
Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yang berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas-petugas bea cukai. DiIndonesia, bandar udara yang berstatus bandar udara internasional antara lain adalah Kuala Namu (Deliserdang), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Kota Balikpapan), Hasanuddin (Makassar), dan masih banyak lagi.
Landas pacu
Landas pacu (bahasa Inggris: Runway) adalah suatu daerah persegi panjang yang ditentukan pada bandar udara di daratan atau perairan yang dipergunakan untukpendaratan dan lepas landas pesawat udara. Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 09/27. Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan penambahan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 02R/20L.
Klasifikasi Landas Pacu
Klasifikasi landas pacu ditentukan berdasarkan:
1.         Kelengkapan alat-alat bantu navigasi penerbangan pada bandar udara
2.         Dimensi landas pacu
Kelengkapan alat-alat bantu navigasi penerbangan
Kelengkapan alat-alat bantu navigasi penerbangan meliputi:
1.         Instrument precision; Alat-alat bantu navigasi penerbangan untuk landas pacu yang dilengkapi alat bantu pendaratan Instrument Landing System (ILS) dan alat bantu pendaratan visual.
2.         Instrument non precision; Alat-alat bantu navigasi penerbangan untuk landas pacu yang dilengkapi dengan alat bantu navigasi penerbangan Doppler Very High Frequency Directional Omni Range (DVOR) dan alat bantu pendaratan visual.
3.         Non instrument ; Alat-alat bantu navigasi penerbangan untuk landas pacu yang dilengkapi dengan alat bantu navigasi penerbangan Non Directional Beacon (NDB).
Dimensi landas pacu
1.         Code number 1; Panjang landas pacu kurang dari 800 meter.
2.         Code number 2; Panjang landas pacu = 800 meter atau lebih tetapi lebih kecil 1.200 meter.
3.         Code number 3; Panjang landas pacu = 1.200 meter atau lebih tetapi lebih kecil 1.800 meter.
4.         Code number 4; Panjang landas pacu = 1.800 meter atau lebih.
Teknis
Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspal "hotmix" dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan "zebra cross" pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan untuk touch down atau take offdigunakan lapisan beton, bukan aspal, untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang) mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik digunakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali, bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehingga permukaannya tetap kering, sekalipun pada musim hujan, dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning, terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.
Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu-lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan penerbangan malam hari.
Landas pacu bandara perintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi lapisan rumput, dan untuk mencegah amblasnya tanah digunakan lonjoran lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). Di Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atau Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis.
Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin, serta tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkanbandara internasional, karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh, landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih dari 5.000 meter.
Landasan tertentu dilengkapi dengan kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult), terutama untuk landasan pendek dan landasan pada kapal induk.

Pemeliharaan
Landas pacu pada setiap bandara umumnya dibersihkan dari debu atau kerikil, bahkan benda benda asing lainnya yang akan membahayakan keselamatan penerbangan (dalam dunia penerbangan, benda asing tersebut dikenal sebagai FOD). Kecelakaan pesawat terbang di landasan pacu umumnya disebabkan karena adanya benda benda asing baik yang masuk ke dalam mesin pesawat maupun merusak badan pesawat atau roda pesawat saat pesawat lepas landas atau mendarat. Hal tersebut seperti yang dialami pesawat Concorde di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis pada tahun 2000 yang menyebabkan pesawat terbakar dan jatuh yang menewaskan seluruh penumpang, krew dan penduduk setempat. Selebihnya karena cuaca dan bahkan gangguan burung sehingga umumnya di setiap bandara komersial bahkan perintis dilengkapi menara pengawas yang mengawasi lalu lintas penerbangan, komunikasi bahkan informasi cuaca. Pada bandara tertentu, dilengkapi sensor dan pengusir burung dan sensor cuaca serta sensor untuk mengukur tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari mesin pesawat.
Selain itu pula, setiap landasan dilengkapi dengan kendaraan penyapu landasan dan peralatan bahan kimia pembersih landasan khususnya untuk membersihkan sisa sisa jejak karet yang ditimbulkan oleh roda-roda pesawat yang bila tidak dibersihkan juga dapat mengganggu keselamatan penerbangan.
Fasilitas bandar udara
Fasilitas bandar udara yang terpenting adalah:
Sisi Udara (Air Side)
 Runway atau landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter, misal melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar udara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.
•           Apron atau tempat parkir pesawat yang dekat dengan terminal building, sedangkan taxiway menghubungkan apron dan runway. Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari pesawat.
•           Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller, berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.
•           Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka disediakan unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan pemadam kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran, ambulans, dan peralatan penolong lainnya.
•           Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.
Sisi Darat (Land Side)
•           Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Custom - Inmigration - Quarantine) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu (boarding lounge) serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar, penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-pindah.
•           Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminal
•           Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi

2.11    Pelabuhan dan Kanal
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.
Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari gelombang laut dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :
•           dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.
•           crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.
•           gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan di pindah ke kapal.
Kanal
Kanal' dan navigasi merupakan terusan air buatan manusia. Dalam bahasa lokal, keduanya disebut "terusan". Perbedaan utama dari keduanya adalah bahwa navigasi paralel dengan sungai dan berbagi tempat drainase, sementara kanal memotong melintasi tempat pembagian drainase.

2.12 Stasiun dan Rel Kereta Api
Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Untuk daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun portabel dapat dipergunakan sebagai halte kereta.
Fasilitas di stasiun kereta api
Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas:
•           Pelataran parkir di muka stasiun
•           Tempat penjualan tiket, dan loket informasi
•           Peron atau ruang tunggu
•           Ruang kepala stasiun, dan
•           Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya.
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet, mushola, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, dipo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.
Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan sejenis seperti trem dan sebagainya. Rel mengarahkan/memandukereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang logam kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat e (seperti penambat pandrol).
Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan penambat "e" digunakan untukvbantalan beton atau semen.
Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.
Jalur rel
Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta apimasih ditarik oleh lokomotif uap.
Karena keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan sarana kereta api di Indonesia yang dibangun pada masa zaman Belanda, maka kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun pada masa itu. Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian yang lain ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan di Jawa dihubungkan dengan jalur kereta api sehingga di kota-kota tersebut selalu dilengkapi dengan stasiun kereta api.
Pada zaman Belanda, jalur rel selalu bermuara di Pelabuhan (Tj. Priok dan Tj, Perak, Belawan) karena dimaksudkan lebih utama mengangkut hasil bumi. Sedangkan stasiun kecil di pedalaman merupakan pusat pengumpul hasil bumi. Sekarang kereta api lebih diutamakan untuk angkutan penumpang
Peron stasiun
Peron adalah tempat naik-turun para penumpang di stasiun, jadi peron adalah lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan jalur rel melintas di stasiun. Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu yang dibuat sebelum Perang Dunia II umumnya dengan lantai rendah; sedangkan bentuk kedua adalah yang dibangun setelah Proklamasi umumnya dengan lantai modifikasi yang ditinggikan. Dewasa in pada stasiun besar umumnya ada dua macam lantai peron, yang asli berlantai rendah dan yang telah disesuaikan dengan lantai tinggi. Memang pada waktu itu belum ada pemikiran peron tinggi yang memudahkan para penumpang naik-turun kereta. Di stasiun Tanah Abang, seperti halnya kebanykan stasiun kereta di jepang, para penumpang tidak dapat menyeberang jalur begitu saja, harus melalui jembatan penyeberangan (dalam hal stasiun Tanah Abang stasiun berada di atas jalur rel).
Peron lama atau peron rendah (sebelum Perang Dunia II)
Kereta buatan sebelum tahun 1920 umumnya mempunyai tanngga untuk turun ke bawah. Sedangkan kereta buatan sebelum tahun 1941 mempunyai tangga di dalam. Karena pada umumnya stasiun didirikan sebelum Perang Dunia II, maka lantai peron sama dengan lantai stasiun. Akibatnya para penumpang akan sulit turun-naik dari peron lama yang rendah, sedangkan kereta yang beroperasi kini pada umumnya dibuat setelah tahun 1965 yang berlantai dengan tangga yang tinggi.
Pada peron lama, para penumpang dengan leluasa menyeberang dan melintas jalur rel, dan hal ini sangat berbahaya sekali bahwa para penumpang menjadi berbaur dengan kereta api.
Peron baru atau peron tinggi (setelah proklamasi)
Sebagian dari peron lama kemudian dilakukan penyesuaian tinggi dengan kereta yang baru. Akibatnya terlihat ada dua ketinggian peron dewasa ini di stasiun besar, hal ini karena PT KAI ingin memberi pelayanan yang baik. Pada umumnya peron tinggi dimaksudkan untuk melayani para penumpang kelas Bisnis dan Eksekuif. Sebagai contoh, Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta) atau Jebres (Solo) yang melayani kelas ekonomi tidak terdapat lantai tinggi. Namun di stasiun Tugu (Yogyakarta atau Solo Balapan terlihat ada dua macam lantai yang tinggi (modikasi) dan lantai rendah (asli). Karena Stasiun Madiun misalnya melayani semua kelas, maka di sini terdapat 2 macam tinggi lantai peron. Pada stasiun antara Bogor dan Jakarta, yang umumnya dibangun belakang ini sudah mempunyai lantai peron tinggi. Stasiun Tanah Abang dibangun di atas jalur rel, sehingga penumpang kalau mau menyeberang jalur rel harus lewat lobi stasiun. Sedangkan Stasiun Gambir jalur rel berada di atas lobi stasiun.

2.13 Alat Transportasi
 Transportasi umum atau transportasi publik adalah seluruh alat transportasi saat penumpang tidak bepergian menggunakan kendaraannya sendiri. Transportasi umum pada umumnya termasuk kereta dan bis, namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbanganferi, taksi, dan lain-lain.

Transportasi udara
Sebuah maskapai penerbangan menyediakan jadwal layanan dengan pesawat antara bandara. Perjalanan udara memiliki tinggi hingga kecepatan yang sangat tinggi, tetapi kali menimbulkan menunggu besar sebelum dan sesudah perjalanan, dan karena itu sering hanya layak jarak yang lebih jauh atau di daerah di mana kurangnya infrastruktur dasar membuat jenis transportasi ini tidak mungkin diakses. Maskapai Bush bekerja lebih mirip halte bus, pesawat menunggu penumpang dan lepas landas ketika pesawat sudah penuh.


Transportasi darat
Bus
Layanan bus menggunakan bus di jalan konvensional untuk membawa penumpang banyak di perjalanan lebih pendek. Bus beroperasi dengan kapasitas rendah (yaitu dibandingkan dengan trem atau kereta), dan dapat beroperasi di jalan-jalan konvensional, dengan bus yang relatif murah berhenti untuk melayani penumpang. Oleh karena itu bus yang umum digunakan di kota-kota kecil dan kota-kota, di daerah pedesaan juga dilengkapi layanan shuttle untuk menuju kota-kota besar.
Bus rapid transit adalah istilah yang ambigu yang digunakan untuk bus yang beroperasi pada jalur rel. Bus listrik adalah bus listrik yang mempekerjakan kawat diatasnya untuk mendapatkan daya untuk traksi.[1]
Transportasi Berbasis Rel (Kereta)
Angkutan kereta api berpenumpang adalah angkutan penumpang melalui kendaraan roda yang dirancang khusus untuk berjalan di jalur kereta api. Kereta memungkinkan berkapasitas tinggi pada jarak pendek atau panjang, tetapi membutuhkan relsinyal, infrastruktur dan stasiun yang akan dibangun dan dipelihara. Kereta transit perkotaan terdiri dari trem, kereta cahayatransit cepatkereta komutermonorel dan kereta gantung.
Kereta Komuter, Dalam Kota, dan Kecepatan Tinggi[sunting | sunting sumber]
Kereta komuter merupakan bagian dari transportasi publik di wilayah perkotaan, tetapi memberikan layanan yang lebih cepat untuk pinggiran kota dan kota-kota tetangga dan desa. Kereta berhenti di semua stasiun, yang terletak untuk melayani pusat pinggiran kota atau kota kecil. Stasiun sering dikombinasikan dengan shuttle bus atau sistem Parkir dan menumpang di setiap stasiun. Frekuensi memungkinkan hingga beberapa kali per jam, dan sistem rel komuter dapat berupa bagian dari kereta nasional, atau dioperasikan oleh agen transit lokal.
Kereta dalam kota adalah layanan penumpang jarak jauh yang menghubungkan beberapa wilayah perkotaan. Mereka memiliki beberapa halte, dan bertujuan pada kecepatan rata-rata tinggi, biasanya hanya membuat satu dari beberapa halte per kota. Layanan ini mungkin juga internasional.
Kereta cepat adalah kereta penumpang yang beroperasi secara signifikan lebih cepat dari rel-konvensional biasanya didefinisikan sebagai setidaknya berkecepatan 200 kilometres per hour (120 mph). Sistem yang paling dominan telah dibangun di Eropa dan Jepang, dan dibandingkan dengan perjalanan udara, menawarkan perjalanan kereta jarak jauh secepat layanan udara, memiliki harga yang lebih rendah untuk bersaing lebih efektif dan menggunakan listrik bukan pembakaran.
Trem dan Kereta Ringan
Trem adalah kendaraan rel yang berjalan di jalan-jalan kota atau trek khusus. Mereka memiliki kapasitas yang lebih tinggi daripada bus, tetapi harus mengikuti infrastruktur didedikasikan dengan rel dan kabel atas atau di bawah jalur, membatasi fleksibilitas mereka.
Kereta ringan adalah pengembangan modern (dan penggunaan) dari trem, dengan berdedikasi dari arah tidak dibagi dengan lalu lintas lainnya, dengan akses bebas dan kecepatan meningkat. Jalur kereta api ringan, sehingga, pada dasarnya digunakan dalam angkutan antarkota.
Transit Cepat
Sebuah sistem kereta transit cepat (atau disebut pula metrokereta bawah tanah atau subway) beroperasi di daerah perkotaan dengan kapasitas tinggi dan frekuensi, dan pemisahan kelas dari lalu lintas lainnya.[3][4]
Sistem ini dapat mengangkut sejumlah besar orang dengan cepat di jarak yang pendek dengan penggunaan lahan kecil. Variasi dari rapid transit termasuk orang penggerakmetro cahaya skala kecil dan kereta api komuter hibrida S-Bahn. Lebih dari 160 kota memiliki sistem transit cepat, dengan total lebih dari 8,000 km (4,971 mil) trek dan 7,000 stasiun. Dua puluh lima kota memiliki sistem dalam pembangunan.
Sepeda Motor dan Ojek
Di Filipina dan di tempat lain, sepeda motor digunakan sebagai angkutan umum. Sepeda motor dapat digunakan secara tunggal atau dengan sespan terpasang, yang terakhir sering disebut sebagai "becak". Mereka juga dapat disewa untuk perjalanan pribadi, seperti taksi, atau digunakan untuk perjalanan bersama, dengan rute yang ditetapkan, seperti bis.
Di Indonesia, angkutan bermoda sepeda motor lebih dikenal sebagai ojek. Ojek (atau ojeg) adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda motor. Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah dan tidak ada izin untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya satu orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga yang ditentukan dengan tawar menawar dengan sopirnya dahulu setelah itu sang sopir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.
Becak
Becak adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian Asia. Kapasitas normal becak adalah dua orang penumpang dan seorang pengemudi. Menjadi pengemudi becak merupakan salah satu cara untuk mendapatkan nafkah yang paling mudah, sehingga jumlah pengemudi becak didaerah yang angka penganggurannya tinggi akan menjadi sangat tinggi.
Di Filipina, mereka disebut trisikad dan hanya sepeda biasa dengan sespan terpasang.
Taksi
Taksi adalah jenis kendaraan untuk disewa dengan sopir, yang digunakan oleh seorang penumpang tunggal atau sekelompok kecil penumpang. Sebuah taksi mengantarkan penumpang ke lokasi pilihan mereka. Dalam mode angkutan umum, lokasi pick-up dan drop-off ditentukan oleh penyedia layanan, bukan oleh penumpang, meskipun permintaan transportasi responsif dan saham taksi memberikan modus bus/taksi hibrida.

Transportasi air[
Kapal Feri
Feri adalah perahu atau kapal, digunakan untuk membawa (atau menyeberangkan) penumpang, dan terkadang kendaraan mereka, melewati perairan. Sebuah penumpang feri dengan berhenti banyak kadang disebut bus air. Feri membentuk bagian dari sistem transportasi umum di wilayah pesisir pulau-pulau, memungkinkan perjalanan langsung antara satu titik dengan biaya modal jauh lebih rendah dibandingkan membangun jembatan atau terowongan, meskipun pada kecepatan yang lebih rendah. Kapal penghubung jarak jauh berskala besar (jarak jauh seperti di perairan Laut Mediterania) juga dapat disebut kapal ferry.

Kapal laut
Kapal laut, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Secara kebiasaannya kapal dapat membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya dimana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau kebiasaan setempat.

2.14 Masalah Infrastruktur
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi masih menyisakan segudang permasalahan di dalamnya. Salah satu di antaranya adalah permasalahan infrastruktur.
Di samping dikarenakan Indonesia telanjur menganut pola pusat pertumbuhan di Jawa untuk kemudian melakukan distribusi ke daerah-daerah, problema infrastruktur ini juga dinilai diakibatkan oleh masalah dana.
Seretnya kucuran dana belanja pemerintah untuk membiayai proyek-proyek  infrastuktur, termasuk akses jalan, sarana pra sarana transportasi, dan perhubungan,  berakibat kian terseoknya kondisi infrastruktur di Tanah Air. Padahal infrastruktur kerap dijadikan pertimbangan dan prasyarat utama bagi para calon investor yang akan menanamkan modalnya.
Infrastruktur yang kurang memadai tidak hanya berdampak pada kelancaran transportasi, tetapi juga pada distribusi bahan baku atau hasil produksi, misalnya. Dengan infrastruktur yang belum mendukung, maka bisa dipastikan biaya transportasi juga akan melonjak.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, menyebutkan bahwa basis produksi Indonesia memang masih terpusat di Jawa, padahal sumber daya alam dan sumber energi terdapat di pulau-pulau luar Jawa. Akibatnya kebutuhan transportasi bahan baku dan bahan energi ke Jawa serta distribusi ke daerah selalu tinggi.
Redistribusi lokasi industri ke daerah dan mengembangkan industri di daerah sesuai dengan sumber daya alam yang ada di daerah dinilai sangat perlu dilakukan. Contohnya, pabrik semen pada umumnya dikembangkan di Jawa padahal banyak daerah yang juga memiliki bahan baku semen.
Daerah harus mampu menarik investasi, terutama investasi nasional untuk mengembangkan potensi alam di daerah dan membangun sarana produksi barang-barang konsumsi di daerah. Di sisi lain, konektivitas yang diinginkan seharusnya dibangun berdasarkan penetapan pusat-pusat pertumbuhan di semua kawasan Indonesia.
Sebenarnya pemerintah sudah bertekad untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur yang ditetapkan melalui program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan pendekatan konektivitas Koridor Ekonomi.
Akan tetapi dalam realisasinya, ketertinggalan pembangunan infrastruktur  sampai saat ini masih jadi keluhan bagi pengusaha maupun calon investor yang akan membenamkan modalnya di negeri ini. Buruknya infrastruktur, bukan cuma  menghambat kinerja dunia usaha, namun juga kerap memicu terjadinya ekonomi biaya tinggi.
Misalnya, jalan yang rusak atau kinerja pelayanan di pelabuhan yang lambat, bisa menimbulkan keterlambatan shipment (pengapalan) dan pengiriman barang yang berujung kian membengkaknya biaya pengiriman barang.
Buruknya infrastruktur disertai lambatnya realisasi program MP3EI ini sangat disayangkan karena sebenarnya Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang menjadi tujuan utama para investor.
Namun nyatanya, soal infrastruktur masih ketinggalan bila dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Padahal apabila pembangunan infrastrukturnya dipercepat, maka secara otomatis mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik.
Selain kurang memadainya infrastruktur, masalah lain yang dihadapi oleh para investor di Indonesia adalah iklim persaingan usaha yang kurang kompetitif, mahalnya biaya buruh, manajemen sumber daya manusia yang kurang berkembang, dan kepastian hukum yang tidak jelas.

2.15 Manfaat Infrastruktur
Manfaat Infrastruktur Transportasi
1.                   Dengan berjalan baiknya infrastruktur transportasi tentunya pasti akan berdampak besar pada pembangunan dan perkembangan yang lainnya. Selain itu dengan pembangunan infrastruktur yang baik salah satunya Tol laut plus sistem trans¬portasi darat yang berciri massal (KA) di lima pulau be¬¬sar – Sumatera, Kaliman¬tan, Sulawesi, Pa¬pua dan Ja¬wa, serta sistem transportasi mas¬sal perkotaan di sejum¬lah kota besar se-Indonesia, dipastikan akan berdampak pada penurunan persentasi konsumsi BBM di sektor transportasi. Kalau saat ini 40,58 persen dari total kon¬sumsi BBM na¬sional dikon¬sumsi sektor transportasi, di masa yang akan datang akan menurun drastis.
Beban polusi udara, ter¬uta¬ma di kawasan perkotaan yang telah menerap¬kan sis¬tem transportasi massal per¬kotaan juga akan berkurang. Sebab, pengguna se¬peda mo¬tor, mobil pribadi dan peng¬guna aneka moda angkutan otomatif lain¬nya akan beralih menggunakan trans¬por¬tasi massal perkotaan. Tentunya harus di¬du¬kung dengan pe¬layanan yang handal, aman dan nyaman, antara lain se¬perti KRL di kawasan Jakar¬ta – Bogor – Depok – Tange-rang – Bekasi (Jabodetabek).
2.                   Terintegrasinya sistem ang¬kutan mas¬sal di darat de¬ngan moda angkutan tol laut diyakini akan menekan biaya pe¬ngangku¬tan, sehingga di satu sisi me¬ning¬katkan ke¬unggulan kompetitif pro¬duk ekspor, di sisi lain memper¬kecil kesenjangan harga barang konsumsi antar kota se-Indonesia. Presiden Joko Widodo saat presentasi pada forum APEC di Beijing me-nyebutkan kesenjangan har¬ga satu  sak semen di Jawa US$ 6, tetapi di Papua US$ 150, beda dua puluh lima kali lipat.
3.                    Selain itu, keandalan in¬frastruktur transportasi juga bermanfaat sebagai kekuatan sosial untuk mempertahan¬kan NKRI. Transportasi yang handal me¬mung¬kinkan kelancaran distribusi barang kon¬sumsi, terutama ke ka¬was¬an tapal ba¬tas negara. Ini penting untuk menghin¬dari kemungkinan hilangnya ke¬perca¬yaan        (miss trust) ma¬syarakat perbatasan ke¬pada pemerintah, lebih percaya pa¬da pemerintahan di negara jiran.. Kita – NKRI – pernah “ke¬hilangan” pulau Sipadan dan pulau Ligitan, antara lain di¬sebabkan tidak difasilitasi¬nya kedua pulau dengan ak¬ses transportasi. Belakangan sebagaimana diberitakan TVONE 14 Fe¬bruari 2012, Kepala Desa Mungguk Ge¬lombang, Yusak menyata¬kan, masyarakat perbatasan Indonesia - Malaysia di desa Mungguk Gelombang, Ke¬tungau Tengah, Maniau, Sin¬tang, dan daerah-daerah lain di perbatasan termasuk juga di beberpa daerah perbatasan di Kalimantan Barat akan me¬ngibarkan Bendera Nega¬ra Malaysia.
4.             Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk memperlancar hubungan antara wilayah terpencil dengan pusat pusat pertumbuhan. Kelancaran arus barang dan jasa serta keterbukaan wilayahwilayah potensial dapat digunakan sebagai pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Dengan infrastruktur transportasi yang baik, sumber daya manusia maupun kapital yang tersebar tersebut juga dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Efektifitas investasi infrastruktur transportasi untuk meningkatkan perekonomian dan memberikan manfaat bagi masyarakat tergantung kepada pemanfaatan sarana transportasi tersebut oleh produsen maupun konsumen serta sektor-sektor unggulan, sehingga mampu memberikan stimulus perekonomian seperti yang diharapkan. Jawa Barat sebagai daerah ekonomi potensial memiliki berbagai keunggulan, diantaranya keunggulan letak geografis. Peningkatan infrastruktur transportasi diperkirakan akan menjadi stimulan bagi peningkatan investasi, baik investasi dalam negeri maupun luar negeri. Penyediaan infrastruktur transportasi yang baik seperti halnya jalan, jembatan, pelabuhan dan lainnya diyakini dapat memicu limpahan (spill-over) investasi dari wilayah sekitarnya ke wilayah Jawa Barat. Terkait dengan hal tersebut, pengembangan investasi infrastruktur transportasi harus didasari atas berbagai pertimbangan seperti halnya pertimbangan terhadap sektor ekonomi yang berkembang maupun pertimbangan kewilayahan. Pengembangan dengan mempertimbangkan sektor ekonomi misalkan dengan melihat kepada sektor-sektor unggulan yang berkembang di Jawa Barat. Sedangkan dimensi kewilayahan diperhatikan agar pengembangan infrastruktur transportasi dapat menjangkau wilayah atau daerah terpencil (desa) yang potensial secara ekonomi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, menyerap tenaga kerja serta memperbaiki pemerataan pendapatan.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infrastruktur sangatlah penting bagi kemajuan suatu daerah, tanpa adanya infrastruktur transportasi. Daerah atau suatu tempat tersebut tidak akan dapat terakses keluar dari ruang lingkup daerah tersebut. Kemajuan suatu daerah juga tergantung pada infrastruktur transportasi. Infrastruktur transportasi sudah seperti jantung kehidupan bagu suatu tempat. Semakin bagus dan memadainya satu infrastruktur menandakan semakin majunya tempat tersebut. Kebersihan, keamanan, dan kelayakan suatu infrastruktur juga sangatlah penting karena akan menambah nilai tersendiri bagi orang-orang yang akan menggunakan infrastruktur tersebut. Selain itu alat transportasi juga harus memadai karena alat transportasi juga akan mendukung sarana dan prasarana infrastuktur trasportasi. Kesadarandari diri sendiri untuk menjaga infrastruktur juga harus dilakukan. Karena jika bukan dari diri sendiri,mau mulai darimana lagi.  Infrastruktur transportasi juga sebagai penghubung antara satu dengan yang lainnya. Sebagai urat-urat nadi kehidupan kemajuan suatu negara.


3.2 Saran
            Pemerintah harus lebih memperhatikan infrastruktur transportasi di negaranya. Jika masyarakat sudah mau bergerak melakukan suatu perubahan, pemerintah juga harus ikut andil dalam memajukannya. Lalu, jika pemerintah sudah menyediakan dan membangun infrastruktur kita sebagai pengguna juga harus tau diri dalam menjaganya. Jangan hanya omongan tapi juga sertai dengan tindakan nyata. Tanpa adanya infrastruktur transportasi negara kita tidak akan bisa berkembang apalagi maju.

DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar